Cari Blog Ini

Selasa, 15 Mei 2012

Tanda-tanda Vital (Vital Sign)


TANDA-TANDA VITAL (Vital Sign)
Pegertian
Tanda-tanda vital/vital sign merupakan indikator dari status kesehatan (menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural & endokrin tubuh). Pengukuran TTV memberikan data dasar untuk mengetahui respon terhadap stress fisiologi / psikologi, respon terapi medis & keperawatan, perubahan fisiologis. Hal ini sangat penting sehingga disebut TANDA VITAL.
Waktu dilakukannya pemeriksaan TTV ;
· Saat klien masuk ke fasilitas kesehatan
· Di RS / fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
· Sebelum dan sesudah prosedur bedah
· Sebelum dan sesudah prosedur diagnostik invasif
· Sebelum dan sesudah pemberian pengobatan yang mpengaruhi karvas, respirasi & fungsi kontrol suhu
· Saat KU klien berubah
· Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang pengaruhi TTV
· Saat klien melaporkan adanya distress fisik non spesifik
Empat komponen TTV;
· Suhu tubuh
· Denyut nadi
· Respirasi
· Tekanan dara
Tujuan dilakukan TTV:
· Mengetahui data obyektif
· Menget KU klien
· Menget perkembangan penyakit klien
· Membntu menentukan diagnosa & intervensi keperawatan

TEKANAN DARAH
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah mengalir pada sistem sirkulasi karena perubahan tekanan.
Sistole ® Kontraksi jantung mendorong drh dg tekanan tinggi. Diastole®Tekanan minimal yg mendesak dinding arteri setiap wktu
Faktor yang bertanggung jawab terhadap Tekanan Darah.
*Tahanan perifer: Pada dilatasi pembuluh darah & tahanan turun ,TD akan turun
*Volume darah ; Bila volume meningkat , TD akan meningkat
*Viskositas darah. Semakin kental darah akan meningkatkan TD
*Elastisitas dinding pembuluh darah : penurunan elastisitas pembuluh darah akan meningkatkan TD
TD abnormal
~Hipertensi : Tekanan systole >130mmHg,diastole >90mmHg
~Hipotensi: Tekanan sistole <90>
~Hipotensi ortostatik postural: penurunan TD saat bergerak dari posisi duduk ke berdiri disertai pusing,berkunang-kunang sampai pingsan.

Usia
mmHg
1
BBL
40(rerata)
2
1bln
85/54
3
1th
95/65
4
6 th
105/65
5
10-13 th
110/65
6
14-17 th
120/70
7
Dewasa tengah
120/80
8
Lansia
140/90
(fundamental keperawatan , edisi4, vol 1)
NADI
Nadi adalah sensasi aliran darah yang menonjol dan dapat diraba diberbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan salah satu indikator status sirkulasi. Nadi diatur oleh sistem saraf otonom.
*Saraf simpatik:me­ nadi
*Saraf parasimoatik:me¯ nadi
Faktor yang mempengaruhi nadi:
~Latihan fisik
Latihan akan meningkatkan RR.
~Suhu
Suhu meningkat maka nadi akan meningkat.
~Emosi
Nyeri akut dan ansietas meningkatkan stimulasi simpatik,mempengaruhi
frekuensi jantung.
~Obat2an
Obat kronotopik positif (epineprin akan meningkatkan nadi).
~Peradarahan
Kehilangan darah akan meningkatkan stimulasi simpatik sehingga
meningkatkan nadi.
~Perubahan postur tubuh
Dari berbaring ke duduk kemudian berdiri akan meningkatkan nadi.
~Gangguan paru
Penyakit mengakibatkan oksigenasi buruk sehingga nadi meningkat.
Frekuensi jantung normal
Usia Denyut/mnt
.Bayi 120-160/mnt
.Todler 90-140/mnt
.Prasekolah 80-110/mnt
.Usia sekolah 75-100/mnt
.Remaja 60-90/mnt
.Dewasa 60-100/mnt

(fundamental keprwtn,edisi4,vol 1)

KARAKTER NADI
* Frekuensi
1. Takikardi: Frekuensi > 100x/mnt
2. Bradikardi: Frekuensi <>
* Irama®normal : interval egular setiap denyut nadi
* Kekuatan / amplitude ® kualitas nadi
~0: Tidak teraba
~+1: Lemah,dapat dirasakan dengan penekanan yang kuat
~+2: Normal, mudah dipalpasi
~+3: Mudah dipalpasi , kuat
* Kesamaan ® bandingkan secara kanan & kiri kec nadi karotis
Tempat Pengukuran Nadi:
*Arteri temporal *Arteri radialis
*Arteri karotis *Arteri ulnalis
*Arteri apical *Arteri femoral
*Arteri brakhialis *Arteri popliteal
*Arteri tibia posterior *Arteri dorsalis pedis
PERNAFASAN
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah serta darah dengan sel.
§Mekanisme pernafasan meliputi:
*Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru
*Difusi yaitu pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah
*Perfusi yaitu distribusi oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah
Kontrol Fisiologis :
* Pusat pengaturan ® batang otak
* Ventilasi diatur oleh kadar O2 & CO2 serta ion hidrogen dalam darah
* Peningkatan PCO2 berakibat sistem kontrol pernafasan di otak meningkatkan frekuensi dan kedalaman.
Faktor yang mempengaruhi pernafasan:
* Olahraga meningkatkan RR
* Nyeri akut dan kecemasan (meningkatkan RR)
* Anemia (meningkatkan RR)
* Posisi tubuh (postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru
* Medikasi ( analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR)
* Cedera batang otak (meningkatkan RR)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pernafasan:
* Frekuensi pernafasan
* Kedalaman pernafasan
* Irama pernafasan
* Difusi dan perfusi
Frekuensi pernafasan :
Usia Frek/mnt
~BBL 35-40
~Bayi 30-50
~Todler 25-32
~Anak2 20-30
~Remaja 16-19
~Dewasa 12-20
(Fundamental keperawatan .edisi 4, vol 1)
Gangguan dalam pola nafas:
* Bradipneu: Nafas teratur ,lambat secara tidak normal ( pernafasan kurang dari 12x/menit).
* Takipneu: Nafas teratur,cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari 20x/menit).
* Hiperneu: Nafas sulit,dalam ,lebih dari 20x/menit
* Apneu: Nafas berhenti untuk beberapa detik
* Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat
* Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman
* Pernaf Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalamn nafas tidak teratur ditandai dengan periode apneu dan hiperventilasi yang berubah
* Pernaf Kusmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi meningkat
* Pernaf Bio: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apneu yang tidak teratur.
Faktor yang memepengaruhi TD:
»Usia ® TD orang dewasa cenderung meningkat seiring pertambahan usia
»Stress® meningkatkan TD
»Ras ® dipengaruhi oleh kebiasaan, genetic dan linkungan
»Medikasi ® analgesik narkotik dapat meningkatakan TD
»Variasi diurnal ® TD berubah-ubah spanjang hari, biasanya rendah pada pagi
hari
»Jenis kelamin ® secara klinis tidak perbedaan yang signifikan ,setelah pubertas pria lebih tinggi setelah menopause maka wanita lebih tinggi.
SUHU TUBUH
Suhu tubuh Merupakan perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan. Pusat pengaturan suhu tubuh adalahl hipotalamus (bekerja sbg termostat).
4 cara produksi panas :
1. Metabolisme tubuh:merupakan serangkaian reaksi kimia untuk menghasilkan energi (panas).
2. Sekresi hormon tyroid: meningkatan metabolisme dalam pemecahan glukosa dan lemak.
3. Kerja otot: latihan akan meningkatkan metabolisme.
4. Rangsangan pd sistem saraf : saat gula darah turun terjadi rangsangan pada saraf simpatik yang kemudian akan terjadi sekresi epineprin dan non epineprin yang akan meningkatkan suhu tubuh.
Pengeluaran Panas
-Radiasi.
Perpindahan panas dari permukaan satu obyek ke permukaan obyek lain tanpa keduanya bersentuhan.
- Konduksi.
Perpindahan panas dari satu obyek ke obyek lainnya dg kontak langsung.
- Konveksi.
Perpindahan panas karena pergerakan udara.
- Evaporasi.
Perpindahan energi panas ketika cairan tbh mjd gas
(Kulit merupakan tempat utama pengeluaran panas)
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :
* Usia: pengaturan suhu tubuh tidak stabil sampai pubertas, lansia sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrim
* Olahraga: meningkatkan produksi panas
* Kadar hormon: wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar dari pria
* Lingkungan
* Irama sikardian: suhu tubuh secara normal berubah secara normal 0,5 drjt selama 24 jam, titik terendah pada pukul 1-4 dini hari
Rentang Normal.
* Rentang normal suhu 36-38°C
* Tergantung tempat pengukuran suhu:
≠ Oral rata2®37°C
≠ Rektal rata2®37,5°C
≠ Aksila rata2®36,5°C
Tempat pengukuran suhu:
~Suhu inti:
  • Rektum
  • membran tympani
  • Esofagus
  • Arteri pulmoner
  • kandung kemih
~Suhu permukaan:
  • Kulit
  • Aksila
  • Oral
~Tempat pengukuran suhu yg sering dilakukan:
-Oral
Tetapi tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / trauma oral,klien dengan epilepsy atau gemetar karena kedinginan, pada bayi dan anak kecil yang menangis serta klien yang tidak sadar.
-Aksila
Tidak boleh dilakukan pada bayi,klienyang sangat kurus,klien dengan luka di ketiak dan operasi pada mamae.
-Rektal
Tidak boleh dilakukan pada klien dengan bedah / kelainan rectal,nyeri pada area rectal / perdarahan,klien dengan berpenyakit kelamin, pada bayi baru lahir.

LP EFUSI PLEURA

    EFUSI PLEURA

A.    Definisi
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dirongga pleura (Price and Wilson, 1995).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi  pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita.
Terjadinya efusi pleura disebabkan oleh 2 faktor yaitu  :
  1. Infeksi :
-          Tuberkulosis                                       -    Abses paru
-          Pneumonitis                                        -    Abses subfrenik
  1. Non infeksi :
-          Karsinoma paru                                  -    Gagal ginjal
-          Gagal hati                                           -    Hipotiroidisme
-          Karsinoma mediastinum                      -    Kilotoraks
-          Tumor ovarium                                   -    Emboli paru
-          Karsinoma pleura : primer dan sekunder
-          Bendungan jantung : gagal jantung, perikarditis konstruktiva.

B.     Etiologi
Menurut jenis cairan yang terakumulasi etiologi efusi pleura dapat dibedakan menjadi :
1.      Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh ).
Penyakit yang menyertai transudat :
-          Gagal jantung kiri.                              -    Asites pada serosis hati.
-          Sindrom nefrotik.                                -    Sindrom meig’s (asites dengan tumor
-          Obstruksi vena kava superior.                                               ovarium).
2.      Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ).
Cairan ini dapat terjadi karena adanya :
-          Infeksi                                                 -    Infark paru
-          Neoplasma/tumor

C.    Patofisiologi
Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5-15 ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20 %) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan di sini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura (efusi pleura) terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorpsi terganggu misalnya pada hiperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatik tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih.  Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
Infeksi tuberkulosis pleura biasanya disebabkan oleh efek primer sehingga berkembang pleuritis eksudativa tuberkulosa. Pergeseran antara kedua pleura yang meradang akan menyebabkan nyeri. Suhu badan mungkin hanya sub febril, kadang ada demam. Diagnosis pleuritis tuberkulosa eksudativa ditegakkan dengan pungsi untuk pemeriksaan kuman basil tahan asam dan jika perlu torakskopi  untuk biopsi pleura.
Pada penanganannya, selain diperlukan tuberkulostatik, diperlukan juga istrahat dan kalau perlu pemberian analgesik. Pungsi dilakukan bila cairan demikian banyak dan menimbulkan sesak napas dan pendorongan mediastinum ke sisi yang sehat. Penanganan yang baik akan memberikan prognosis yang baik, pada fungsi paru-paru maupun pada penyakitnya.
D.    Pengkajian
Anamnesis
Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak  cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.

  1. Kebutuhan istrahat dan aktifitas
-  Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan  tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.
            -  Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas se-            
               kuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot ,    nyeri    
               dan stiffness (kekakuan).
  1. Kebutuhan integritas pribadi
-          Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan.
-          Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan.
  1. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri
-          Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk.
-          Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan.
  1. Kebutuhan Respirasi
-          Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada.
-      Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk.
-          Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah.
-          Dapat pula ditemukan deviasi trakea.
  1. Kebutuha Keamanan
-          Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris.
-          Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris.
  1. Kebutuhan Interaksi sosial
-          Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan melengkung.

Pemeriksaan Diagnostik
-      Kultur sputum  : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
-      Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam
-      Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 – 72 jam setelah injeksi.
-      Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.
-      Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
-      Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
-      Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
-      ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
-      Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.
E.     Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis
  2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi sekret jalan napas
  3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran alveolar kapiler
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan  penurunan keinginan makan sekunder akibat dyspnea
  5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan

F.     Perencanaan dan Rasionalisasi
1.                                                                                                                                  Resiko tinggi penyebaran infeksi b/d Penurunan pertahanan primer dan sekresi yang statis
Batasan karakteristik : diagnosis tuberkulosis paru +
Kriteria hasil : Klien akan dapat :
-          Mengidentifikasi cara pencegahan dan penurunan resiko penyebaran infeksi
-          Mendemonstrasikan teknik/gaya hidup yang berubah untuk meningkatkan lingkungan yang aman terhadap penyebaran infeksi.
Intervensi
Rasionalisasi
1.      Jelaskan tentang patologi penyakit secara sederhana dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet air borne


2.      Ajarkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sputum dengan menggunakan tissue.
Ajarkan membuang tissue yang sudah dipakai serta mencuci tangan dengan baik

3.      Monitor suhu sesuai sesuai indikasi.

4.      Observasi perkembangan klien setiap hari dan kultur sputum selama terapi.

5.      Kolaborasi pemberian INH, etambutol,rifampicin.
1.       Membantuklien menyadari/menerima prosedur pengobatan dan perawatan untuk mencegah penularan pada orang lain dan mencegah komplikasi.

2.       Membiasakan perilaku yang penting untuk mencegah penularan infeksi



3.       Reaksi febris merupakan indikator berlanjutnya infeksi
4.       Membantu memonitor efektif tidaknya pengonbatan dan respons klien

5.       Inh merupakan drug of choice untuk klien beresiko terhadap perkembangan TB dan dikombinasikan dengan “primary drugs” lain jhususnya pada penyakit tahap lanjut.

  1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Akumulasi sekret di jalan napas
Batasan karakteristik :
-          Suara napas abnormal, ritme, kedalaman napas abnormal.
-          Perubahan respiratory rate, dyspnea, stridor.
            Kriteria hasil :
-          Klien akan dapat mempertahankan jalan napas yang paten
-          Memperlihatkan perilaku mempertahankan  bersihan jalan napas
Intervensi
Rasionalisasi
1.       Kaji fungsi paru, adanya bunyi napoas tambahan, perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot aksesori

2.       Atur posisi semi fowler




3.       Pertahankan intake cairan 2500 ml/hari












4.       Kolaborasi :
-          Pemberian oksigen lemb

-          Mucolytic agent

-          Bronchodilator


-          Kortikosteroid

1.      Penurunan bunyi napas mungkin menandakan atelektasis, ronchi, wheezing menunjukkan adanya akumulasi sekret, dan ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas menyebabkan penggunaan otot aksesori dan peningkatan usaha bernapas.

2.      Memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal dapat membuka area atelektasis, mempermudah pengaliran sekret keluar

3.      Intake cairan mengurangi penimbunan sekret, memudahkan pembersihan.


4. -          Mencegah mukosa membran kering, mengurangi sekret.
-          Menurunkan sekret pulmonal dan memfa- silitasi bersihan.
-          Memperbesar ukuran lumen pada percabangan tracheobronchial dan menurunkan pada percabangan tracheobronchial.
-          Mengatasi respons inflamasi sehingga tidak terjadi hipoxemia.
3.  Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi paru, kerusakan membran akveolar kapiler.
           Batasan karakteristik :
-          Penurunan ekspansi dada           -    Perubahan RR, dyspnea, nyeri dada.
-          Penggunaan otot aksesori          -    Penurunan fremitus vokal, bunyi napas menurun
          Kriteria hasil :  Klien akan dapat:
-          Melaporkan berkurangnya dyspnea            -    ABGs dalam batas normal.
-          Memperluihatkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Intervensi
Rasionalisasi
1.      Kaji adanya dyspnea, penuruna suara nafas, bunyi nafas tambahan, peningkatan usaha untuk bernafas, ekspansi dada yang terbatas , kelelahan

2.      Evaluasi perubahan kesadaran . Perhatikan adanya cyanosis , dan perubahan warna kulit, membran mukosa dan clubbing finger

3.      Dorong/ajarkan bernapas melalui mulut saat ekshalasi




4.      Tingkatkan bedrest / pengurangi aktifitas


5.      Monitor ABGs




6.      Kolaborasi suplemen oksigen
1.      Tuberkulosis pulmonal dapat menyebabkan efek yang luas, termasuk penimbunan cairan di pleura sehingga menghasilkan gejala distress pernafasan.

2.      Akumulasi sekret yang berlebihan dapat mengganggu oksigenasi organ dan jaringan vital


3.      Menciptakan usaha untuk melawan outflow udara, mencegah kolaps karena jalan napas yang sempit, membantu doistribusi udara dan menurunkan napas yang pendek

4.      Mengurangi konsumsi oksigen selama periode bernapas dan menurunkan gejala sesak napas

5.      Penurunan tekanan gas oksigen (PaO2) dan saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk perubahan terapetik

6.      Mengoreksi hypoxemia yang meyebabkan terjadinya penurunan sekunder ventilasi dan berkurangnya permukaan alveolar.


Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall .2000. Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall .1995. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn .1989. Nursing Care Plans Second Edition. Philadelphia: FA Davis Company

Long, Barbara C .1989. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjadjaran

Luckmann’s Sorensen .1996. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: WB Saunders

Soeparman .1996. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI