Cari Blog Ini

Kamis, 07 Oktober 2010

BAGAIMANA KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK??

SAP

Satuan Acara Penyuluhan Nutrisi Pada Anak


Pokok Bahasan : Nutrisi pada Anak

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian Nutrisi

2. Pentingnya Nutrisi untuk Anak

3. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Usia Anak

Hari / tanggal : ......

Tempat : ....

Waktu : ...... WIB

Sasaran : .......

Petugas : .......


I. TIU

Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 menit diharapkan keluarga pasien atau pengunjung mampu memahami tentang Nutrisi pada Anak

II. TIK

Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 menit diharapkan keluarga pasien atau pengunjung mampu ;

1. Menjelaskan kembali tentang pengertian Nutrisi

2. Mengulang kembali Pentingnya Nutrisi untuk Anak

3. Menyebutkan kembali Kebutuhan Nutrisi Sesuai Usia Anak

III. Materi

1. Pengertian Nutrisi

2. Pentingnya Nutrisi pada Anak

3. Kebutuhan Nutrisi Sesuai Usia Anak

( Terlampir )

IV. Metode

· Ceramah

· Diskusi / Tanya jawab

V. Kegiatan Belajar Mengajar

Waktu / Tahap

Kegiatan Pemberi Materi

Kegiatan Sasaran

Media

1. Orientasi

Oleh moderator

1. Mengucapkan salam

1. Menjawab salam

1. Sound

2. Memperkenalkan diri

2. Mendengarkan perkenalam

3. Menyampaikan TIU dan TIK

3. Mendengarkan penjelasan moderator

4. Apersepsi

4. Menjawab pertanyaan yang diberikan

2. Kerja

Oleh presentator

1. Menjelaskan tentang;

- Pengertian Nutrisi

- Pentingnya Nutrisi pada Anak

- Kebutuhan Nutrisi Sesuai Usia Anak

1. Mendengarkan dan memperhatikan materi yang disampaikan oleh presentator.

1. Leaf leat

2. Flip Chart

2. Memberi kesempatan untuk bertanya

2. Mengajukan pertanyaan dengan mengacungkan jari terlebih dahulu.

3. Menjawab pertanyaan sasaran.

3. Mendengarkan penjelasan petugas dan mencatatnya bila perlu

4. Memberi reinforcement positif

4. Sasaran merasa senang

3. Terminasi

Oleh Moderator

1. Mengevaluasi materi Nutrisi pada Anak

1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan

1. Sound

2. Menyimpulkan materi

2. Mendengarkan dan mencatat bila perlu

3. Kontrak waktu selanjutnya

3. Menentukan waktu yang diinginkan

4.Menutup dengan salam

4. Menjawab salam

VI. Evaluasi

1. Prosedur

· Coba jelaskan sekilas tentang pengertian Nutrisi

· Ulangi kembali tentang pengertian Nutrisi

· Jelaskan kembali bagaimana Kebutuhan Nutrisi Sesuai Usia Anak

2. Kriteria

- Struktur ; - Menyiapkan SAP

- Menyiapkan media

- Menyiapkan tempat

- Menyiapkan materi

- Kontrak waktu dengan sasaran

- Proses ;

> Sasaran memperhatikan saat Pendkes disampaikan

> Sasaran aktif bertanya

> Sasaran mampu mengulangi materi

- Hasil : - Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab pertanyaan sebesar >80 %.

- Penyuluhan dikatakan cukup apabila hasilnya 50-80 % dari menjawab pertanyaan.

- Apabila sasaran hanya mampu menjawab pertanyaan sebanyak <50%,>



MATERI

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK


PENGERTIAN


• Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer
Konstantinides).
• Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya (Cristian dan Gregar 1985).
• Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh menggunakannya.
Masyarakat memperoleh makanan atau nutrien esensial untuk pertumbuhan dan pertahanan dari seluruh jaringan tubuh dan menormalkan fungsi dari semua proses tubuh.
• Nutrien adalah zat kimia organik dan anorganik yang ditemukan dalam makanan dan diperoleh untuk penggunaan fungsi tubuh.


JENIS-JENIS NUTRISI


1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen.
Karbohidrat dibagi atas :
a. Karbohidrat sederhana (gula) ; bisa berupa monosakarida (molekul tunggal yang terdiri dari glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Juga bisa berupa disakarida (molekul ganda), contoh sukrosa (glukosa + fruktosa), maltosa (glukosa + glukosa), laktosa (glukosa + galaktosa).
b. Karbohidrat kompleks (amilum) adalah polisakarida karena disusun banyak
molekul glukosa.
c. Serat adalah jenis karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh tubuh dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume feces.

2. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dengan asam-asam lemak.
Fungsi lemak :
a. sebagai sumber energi ; merupakan sumber energi yang dipadatkan dengan mem berika n
9 kal/gr.
b. Ikut serta membangun jaringan tubuh.
c. Perlindungan.
d. Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh.
e. Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbul rasa

lapar kembali segera setelah makan.
f. Vitamin larut dalam lemak.

3. Protein
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik. Untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian akan diserap oleh usus.
Fungsi protein :
• Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal dan proses pengausan yang normal.
• Protein menghasilkan jaringan baru.
• Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan haemoglobin.
• Protein sebagai sumber energi.


4. Vitamin
Vitamin adalah bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Ada 2 jenis vitamin :
• Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K.
• Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam tubuh jadi harus ada didalam diet setiap harinya).


5. Mineral dan Air
Mineral merupakan unsure esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan sangat penting dalam pengendalian system cairan tubuh. Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan.


Tiga fungsi mineral :
1. Konstituen tulang dan gigi ; contoh : calsium, magnesium, fosfor.
2. Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh ; contoh Na, Cl

(ekstraseluler), K, Mg, P (intraseluler).
3. Bahan dasar enzim dan protein.


DAFTAR MAKANAN/NUTRISI SESUAI USIA ANAK

  1. Bayi 0-12 bulan
    - 0-4 bulan

Susu ASI atau susu formula. ASI atau susu formula. ASI atau susu formula. ASI atau susu formula.
Sereal dan roti Sereal dicampur dengan susu.

- 5-6 bulan

Dilanjutkan dengan roti dan sereal lainnya. Dilanjutkan dengan sereal lainnya. Dilanjutkan dengan sereal bayi bisa sampai 18 bulan.

- 6-7 bulan

diberikan nasi tim bertahap. Bisa Diselingi buah dansayur dijus – Mulai dengan jus 1 mangkok, memenuhi kebutuhan vitamin C. Lu n a k. 1 mangkok jus, buahlunak dan sayur yang dimasak.

- 8-12 bulan

Nasi tim atau sayur dan buah bisa diberikan 4 kali sehari termasuk jus. Daging dan sumber protein

lain. Daging giling dan daging yang dipotong, daging sapi, telur, ikan, kacang,polong-polongan, keju.

Daging ataupun protein diberikan 2 kali sehari.

2. Toodler dan Preschool
Rata-rata anak-anak toddler atau preschool umumnya membutuhkan :
• Susu ; 2 atau 3 kali dalam 1 hari. Dalam I kali minum kira-kira '/2 - ~ gelas.
• Daging ; 2 kali atau lebih dalam 1 hari.
• Sereal dan roti ; 4 kali atau lebih dalam 1 hari.1 kali pemberian kira-kira '/2-1 potong roti atau '/2 - ~

gelas bubur.
• Sayur dan buah-buahan ; 4 kali atau lebih dalam 1 hari. Itu meliputi sekurang-kurangnya 1 kali atau

lebih pemberian jeruk dan 1 kali pemberian sayuran hijau/kuning.


3. Anak Sekolah
Anak sekolah membutuhkan jumlah yang sama dengan penyediaan makanan dasar yang dibutuhkan oleh

anak usia preschool. Tapi kebutuhan lebih banyak dari anak preschool.
Contoh :
Susu satu gelas, daging 6-8 potong, sayur 1/3 - 1/2 gelas, roti 1 - 2 iris, sereal '/2 - 1 mangkok.

  1. Adolesence
    Remaja membutuhkan energi untuk kebutuhan mereka dan didalam makanannya membutuhkan susu, daging, sayuran hijau dan kuning. Orang tua dianjurkan memberikan sayur dan buah.
  2. Dewasa Muda
    Harus terjadi keseimbangan antara intake makanan dengan jumlah kalori yang keluar, khususnya pada wanita hamil dan menyusui.
    Wanita hamil dan menyusui membutuhkan :
    • Protein
    • Calsium dan fosfor
    • Magnesium 150 mg/hari
    • Besi
    • Iodine 175 mg/hari
    • Seng 5 mg lebih banyak dari kebutuhan seharinya untuk pembentukan jaringan baru.



Daftar Pustaka : Buku Penuntun Gizi , EGC. 2001

Fundamental Of Nursing, Carol Taylor Et All, 1997, Lippincott Raven Washington.
Fundamental Of Nursing, Concepts Process & Practice, Patricia A.

ASKEP BPH

ASKEP
BENIGNA HIPERTROPI PROSTAT (BPH)




A. DEFINISI
BPH adalah pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasia(sel-selnya bertambah banyak.
Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literatur di benigna hiperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi prostat sudah umum dipakai.

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Prostat merupakan alat tubuh yang bergantung kepada endokrin dan dapat pula dianggap undangan(counter part). Oleh karena itu yang dianggap etiologi adalah karena tidak adanya keseimbangan endokrin.
Namun menurut Syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 etiologi dari BPH adalah:
o Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan karena perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen.
o Ketidakseimbangan endokrin.
o Faktor umur / usia lanjut.
o Unknown / tidak diketahui secara pasti.

C. PATOLOGI ANATOMI
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:
- Panjang 3.4 cm
- Lebar 4.4 cm
- Tebal 2.6 cm
Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:
- Lobus medius 1 buah
- Lobus anterior 1 buah
- Lobus posterior 1 buah
- Lobus lateral 2 buah
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
Ø Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
Ø Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone
Ø Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.
Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu.
Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.



D. PATOFISIOLOGI
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.
Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.
Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas



E. MANIFESTASI KLINIS
Walaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi karena dua hal yaitu:
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih
2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertrofi:
a. Retensi urin
b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing
c. Miksi yang tidak puas
d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)
e. Pada malam hari miksi harus mengejan
f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)
g. Massa pada abdomen bagian bawah
h. Hematuria
i. Urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)
j. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi
k. Kolik renal
l. Berat badan turun
m. Anemia
Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan pemeriksaan:
1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin
2. Radiologis
Intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).
3. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
4. Prostatektomi Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.


G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.
b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi
c. Hernia / hemoroid
d. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu
e. Hematuria
f. Sistitis dan Pielonefritis

H. FOKUS PENGKAJIAN
Dari data yang telah dikumpulkan pada pasien dengan BPH : Post Prostatektomi dapat penulis kelompokkan menjadi:
a) Data subyektif:
- Pasien mengeluh sakit pada luka insisi.
- Pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan seksual.
- Pasien selalu menanyakan tindakan yang dilakukan
- Pasien mengatakan buang air kecil tidak terasa.
b) Data Obyektif:
- Terdapat luka insisi
- Takikardi
- Gelisah
- Tekanan darah meningkat
- Ekspresi w ajah ketakutan
- Terpasang kateter

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyamam: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
2. Perubahan pola eliminasi : retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan hilangnya fungsi tubuh
4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme melalui kateterisasi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya.

J. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.
Kriteria hasil:
- Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi:
a. Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.
b. Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)
c. Beri ompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah
d. Anjurkan pasien untuk menghindari stimulan (kopi, teh, merokok, abdomen tegang)
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi
f. Lakukan perawatan aseptik terapeutik
g. Laporkan pada dokter jika nyeri meningkat


2. Perubahan pola eliminasi urine: retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder.
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 5-7 hari pasien tidak mengalami retensi urin
Kriteria: Pasien dapat buang air kecil teratur bebas dari distensi kandung kemih.
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kateter secara berkala atau terus- menerus dengan teknik steril
b. Atur posisi selang kateter dan urin bag sesuai gravitasi dalam keadaan tertutup
c. Observasi adanya tanda-tanda shock/hemoragi (hematuria, dingin, kulit lembab, takikardi, dispnea)
d. Mempertahankan kesterilan sistem drainage cuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan alat dan observasi aliran urin serta adanya bekuan darah atau jaringan
e. Monitor urine setiap jam (hari pertama operasi) dan setiap 2 jam (mulai hari kedua post operasi)
f. Ukur intake output cairan
g. Beri tindakan asupan/pemasukan oral 2000-3000 ml/hari, jika tidak ada kontra indikasi
h. Berikan latihan perineal (kegel training) 15-20x/jam selama 2-3 minggu, anjurkan dan motivasi pasien untuk melakukannya.

3. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan sumbatan saluran ejakulasi, hilangnya fungsi tubuh
Tujuan: Setelah dilakukan perawatn selama 1-3 hari pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya
Kriteria hasil: Pasien menyadari keadaannya dan akan mulai lagi intaraksi seksual dan aktivitas secara optimal.
Intervensi:
a. Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang berhubungan dengan perubahannya
b. Jawablah setiap pertanyaan pasien dengan tepat
c. Beri kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang efek prostatektomi dalam fungsi seksual
d. Libatkan kelurga/istri dalam perawatan pmecahan masalah fungsi seksual
e. Beri penjelasan penting tentang:
i. Impoten terjadi pada prosedur radikal
j. Adanya kemungkinan fungsi seksual kembali normal
k. Adanya kemunduran ejakulasi
f. Anjurkan pasien untuk menghindari hubungan seksual selama 1 bulan (3-4 minggu) setelah operasi.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port de entri mikroorganisme melalui kateterisasi
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1-3 hari pasien terbebas dari infeksi
Kriteria hasil:
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Tidak ada bengkak, aritema, nyeri
c. Luka insisi semakin sembuh dengan baik
Intervensi:
a. Lakukan irigasi kandung kemih dengan larutan steril.
b. Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)
c. Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage
d. Monitor balutan luka, gunakan pengikat bentuk T perineal untuk menjamin dressing
e. Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit, perawatannya
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1-2 hari
Kriteria : Secara verbal pasien mengerti dan mampu mengungkapkan dan mendemonstrasikan perawatan
Intervensi:
a. Motivasi pasien/ keluarga untuk mengungkapkan pernyataannya tentang penyakit, perawat
b. Berikan pendidikan pada pasien/keluarga tentang:
a. Perawatan luka, pemberian nutrisi, cairan irigasi, kateter
b. Perawatan di rumah
c. Adanya tanda-tanda hemoragi, infeksi

pustaka : materi kuliah, google searching,

Bahasa dan Bicara Anak

BAHASA DAN BICARA

Untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan Keperawatan Anak





AKADEMI KEPERAWATAN

KARYA BHAKTI NUSANTARA MAGELANG

2010


1. PENGERTIAN

Ada perbedaan antara bahasa dan bicara. Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu. Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi.

Bicara adalah pengucapan, yang menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bicara adalah tahap perkembangan yang telah dimulai sejak bayi. Tahap bicara harus diperhatikan sedini mungkin, karena dapat dijadikan parameter ada atau tidaknya gangguan perkembangan pada anak. salah satu cara berkomunikasi.

2. PENGKAJIAN BAHASA

  1. Anak Usia 1 – 6 Bulan

Pada tahap ini. Bayi berkomunikasi terutama dengan menangis dan bahasa tubuh. Mendekati usia 6 bulan, Anda bisa melihat perkenbangan di permainan suara atau ocehan bayi (Babbling). Bahasa penerimaan (Receptive Language) atau apa yang bisa di mengerti bayi, mulai berkembang pada usia ini. Perkembangan awal tentng bunyi (Phoneme Development) juga saat ini.

Menangis – Digunakan oleh bayi untuk mengungkapkan jebutuhannya pada saat itu. Anak-anak menggunakan level ketinggian suara dan kekerasan suara yang berbeda untuk memberi tahu pesan yang berbeda, misalnya : lapar, tidak nyaman, sakit, ingin digendong atau mengantuk.

Bahasa Tubuh – merupakan bentuk komunikasi non-verbal, atau mengungkapkan keinginan/kebituhan tanpa menggunakan kata-kata. Pada saat ini, bahasa tubuh meliputi mengangkat lengan dan kaki, menolehkan kepala, tersenyum dll.

Receptive Development – dimulai dengan kemampuanmengenali suara orang yang umumnya membuat bayi merasa nyaman. Mereka juga mulai menolehkan kepala ke arah suara-suara dan tersenyum. Seiring mereka tunbuh, mereka bisa merasakan perasaan si pembicara dari nada suara, terutama jika si pembicara sedang marah.

Phoneme Development – (perkembangan bunyi) – bunyi-bunyi fokal (a,i,u,e,o) adalah yang umumnya pertama digunakan anak-anak. Anda akan mulai mendengar perkembangan awal bunyi konsonan, misalnya konsonan yang dibuat di bagian belakang mulut (/k/ dan /g/). Mendekati tahap akhir periode ini, Anda bisa mengenali kombinasi konsonan dan vokal.

(WWW. Kabar-Indonesia. Com)

  1. Anak Usia 7 – 12 Bulan

Pada usia ini anak dapat menggunakan 2/3 kata, perbendaharaan kira-kira 300 kata “saya”, “aku”, “kamu”. Ada sedikit perkembangan pada jangka waktu ini dan Anda bisa mulai mengenali anak meniru pola bisara Anda. Bahasa tubuh berkembang menjadi berarti dan sosial. Ocehan bayi meningkat walaupun anak masih menangis seiring dengan bahasa tubuh sebagai cara utama untuk berkomunikasi. Phoneme development berlanjut dengan penambahan lebih banyak kombinasi konsonan dan vokal dari bicara yang mengandung arti.

Ocehan bayi (Babbling) – Ketika mendekati 12 bulan, babbling berubah menjadi kata-kata yang lebih mempunyai arti. Anak mulai menggunakan ungkapan yang mirip kata-kata untuk menamai benda. Jika kata-kata ini digunakan secara konsisten, bisa dianggap sebagai kata-kata yang mempunyai arti.

Receptive Lenguage – Anak mulai mengerti bahwa benda mempunyai nam dan akan melihat atau mengarah ke benda yang disebutkan. Walaupun receptive language-nya meningkat, anak tetap bergantung penuh pada isyarat-isyarat non-verbal dari pembicara untuk mengerti. Mendekati 12 bulan, anak ma,pu mengikuti perintah-perintah sederhana dan mengenali namanya sendiri serta beberapa bagian tubuh seperti mata, hidung, mulut, dll.

Phoneme Development – seiring dengan bunyi /k/ dan /g/, Anda mulai mendengar lebih banyak bunyi yang dibuat di bagian depan mulut (b, p, m, n) dikombinasi dengan bunyi vokal. Anak-anak juga bermain dengan suara, atau mengkombinasi konsonan dan vokal dengan pola mengulang.

(WWW. Kabar-Indonesia.Com)

  1. Anak Usia 13 – 36 Bulan

Anak dapat mengatakan 4-5 kalimat. Perbendaharaan kurang lebih 900 kata, menggunakan kata sapa “apa”, “dimana”, dalam mengajukan pertanyaan.

Pada masa ini, perkembangan bahasa anal meningkat dengan pesat. Ocehan bayi berubah menjadi kata-kata berarti dan perkembangan bunyi berlanjut. Receptive language mereka berkembang dengan pesat sekali.

Babbling/kata-kata berarti – Di awal fase ini, anak-anak mencampur-adukan kata-kata dengan ocehan. Mendekati akhir fase ini, kosa kata berkembang hingga meliputi 200 kata. Anak-anak juga mampu menamai benda-benda umum dan menggabungkan 2-3 kata menjadi suatu kalimat.

Receptive language – Di awal tahap ini, anak bisa mengerti dan menunjuk benda-benda umum jika disuruh. Kemampuan ini meningkat meliputi benda-benda yang sedang dilihat oleh anak. Menuju bulan ke-36, anak bisa mengikuti perintah 2 tahap. Kemampuan ini meningkat cepat, diiringi perkembangan bahasa ekspresif (mengungkapkan) yang lebih lambat sampai kira-kira usia 3-4 tahun.

Phoneme Development – Seperti receptive language, phoneme development meningkat cepat di fase ini. Anda mulai mendengar bunyi “n, t, d, h, k, da g”. Pola bicara bisa meliputi penggunaan konsonan /r/ digantikan /w/. Ini adalah normal dan terjadi karena anak belum mengembangkan konsonan /r/.

Anak Usia 4 – 5 tahun

Pada tahap ini, anak mempunyai perbendaharaan kata 1500-2100 kata, bisa menggunakan kalimat masa lampau “kemarin”. (Donna. L. Wong, 2004)

  1. Anak Usia 5 – 6 tahun

Pada tahap ini anak mempunyai perbendaharaan kata 3000 kata, memahami kata-kata jika, karena dan mengapa, menguasai “r”, “l”, “th” menyimpang pada “s”, “z”, “sh” dan “j”. (Donna. L. Wong, 2004)

3. GANGGUAN BICARA

Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan katakata,biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapatdisebabkan oleh berbagai faktor termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal” (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor dalam fungsinya untuk bicara dan makan.

FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN BICARA

1. Faktor genetik atau keturunan

2. Anak-anak yang diasuh oleh orang tua/pengasuh yang pendiam.

3. Anak-anak yang dimanja sehingga tanpa bicarapun, missal hanya menunjuk-nunjuk, sudah mendapatkan apa yang diinginkan.

4. Otot bicara kurang terlatih karena seperti diketahui organ untuk bicara dan organ untuk makan adalah sama.

5. Adanya gangguan perkembangan seperti autisme, mental retardation, dan sebagainya.

6. Adanya keterbatasan fisik, seperti pendenga ran terganggu, bibir sumbing dan sebagainya.

7. Setelah diketahui faktor penyebab maka dapat diupayakan penanganannya baik yang bisa dilakukan oleh orang tua, tapi ada juga yang harus melibatkan ahli.

Keterlanbatan yang bisa ditangani sendiri

1. Menyebut nama-nama anggota tubuh misal, “ini tangan mama, ini tangan adek”.

2. Ketika anak bicara tidak jelas tapi kita mengerti maksudnya, maka perbaiki kata-katanya lalu minta dia untuk mengulangnya secara jelas. Misal, Ketika si kecil meminta susu tapi hanya menunjuk-nunjuk, maka orang tua bisa mengatakan. “ Adek mau susu ya, ayo bilang dulu”.

3. Mengucapkan nama benda yang digunakan sehari-hari dengan cara terus mengulang-ulang dan memintanya mengikuti.

4. Sering-seringlah ajak anak bicara terutama dalam suasana yang menyenangkan. Sesekali keraskan suara atau pertegas intonasi bila anak terlihat tak mengerti.

5. Jika ada konsonan yang masih sulit diucapkan di usia 12-18 bulan, beri kesempatan untuk terus mengulanginya.

Selain itu orang tua juga bisa melakukan terapi yang menyenangkan buat

anak yang kesulitan bicara, berikut caranya :

1. Meniup balon sampai besar atau membuat gelembung balon dari air sabun.

2. Meniup gumpalan tisu dari ujung meja satu ke ujung meja lainnya.

3. Meniup lilin

4. Main seruling / terompet.

5. Minum dengan sedotan kecil atau sedotan yang berkelok-kelok.

6. Berteriak dengan mulut terbuka lebar mengucapkan, “a, i, u, e, o”

Keterlambatan yang harus melibatkan ahli :

1. Sampai usia 12 bulan sama sekali belum nisa babbling (missal : baba, mama, dada).

2. Sampai usia 18 bulan belum ada kata pertama yang cukup jelas.

3. Terlihat kesulitan mengucapkan beberapa konsonan.

4. Sepertinya tidak memahami kata-kata yang jita ucapkan.

5. Terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu, missal sambil ngeces atau raut muka berubah.

Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara. Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki usia 2-3 tahun dan 5-7 tahun. Sangat sering disertai mengedip mata dan menggoyangkan kepala.

v DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Koping keluarga : Potensial terhadap perkembangan.

2. Resiko terhadap perubahan, perkembangan dan pertumbuhan

(lynda Juall, Carpenito. 2001)

1. INTERVENSI

a. Koping Keluarga : Potensial terhadap perkembangan.

Definisi : Penatalaksanaan yang efektif dan tugas-tugas adaptif oleh keluarga yang dilibatkan dengan tantangan kesehatan individual, yang sekarang memperlihatkan keinginan dan kesiapan untuk meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan dalam hal diri dan dengan klien (Lynda Juall. Carpenito. 2001)

Intervensi :

1. Bantu dalam pemecahan masalah.

2. Dorong berbagai pikiran, persepsi dan perasaan.

3. Bantu dalam berkomunikasi satu sama lain.

4. Latih anak berbicara dengan kalimat sederhana.

5. Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi jenis dukungan yang diperlukan anak.

b. Resiko terhadap perubahan dan perkembangan.

Devinisi : Keadaan dimana individu beresiko terhadap kerusakan kemampuam untuk menunjukkan tugas-tugas kelompok usianya. (Lynda JUall. Carpenito. 2001)

Intervensi :

1. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia.

2. Kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi menggunakan alat-alat pengkajian yang spesifik.

3. Berikan kesempatan bagi seorang anak yang sakit untuk memenuhi tugas perkembangan sesuai kelompok usia.

4. Rujuk ke program komunitas khusus untuk factor penyebab. Misalnya : pelayanan social, pelayanan keluarga, konseling.

5. Identifikasi lembaga yang mempunyai potensi untuk memberikan layanan yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

- Donna. L. Wong. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

- Carpenito, Lynda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

- www. Pewarta Kabar Indonesia. Blogspot. com

- www. Kabar Indonesia. com